BeritaEdukasi.id - Wacana mengenai pentingnya pelajaran coding atau pemrograman dalam kurikulum pendidikan di Indonesia semakin menguat. Dianggap sebagai salah satu skill abad ke-21 yang krusial, banyak pihak mendorong agar coding diajarkan sejak dini. Namun, muncul pertanyaan mendasar: seberapa efektifkah pengajaran coding ini jika tingkat literasi siswa secara umum masih tergolong rendah?
![]() |
Perlu keseimbangan antara pengajaran coding dan peningkatan literasi siswa. |
Berbagai penelitian dan survei nasional menunjukkan bahwa kemampuan literasi siswa di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah yang besar. Literasi di sini tidak hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan memahami, mengevaluasi, menggunakan, dan terlibat dengan teks untuk mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan dan potensi, serta berpartisipasi dalam masyarakat. Jika fondasi literasi ini belum kuat, bagaimana mungkin siswa dapat memahami konsep-konsep abstrak dalam coding yang seringkali membutuhkan pemahaman teks dan logika yang kompleks?
Tantangan Implementasi
Mengintegrasikan coding ke dalam kurikulum bukanlah tanpa tantangan. Selain masalah literasi, ketersediaan tenaga pengajar yang kompeten dan infrastruktur yang memadai juga menjadi kendala. Banyak sekolah, terutama di daerah-daerah terpencil, masih kekurangan fasilitas komputer dan akses internet yang stabil. Lebih lanjut, tidak semua guru memiliki latar belakang atau pelatihan yang cukup untuk mengajarkan coding secara efektif.
Benang Merah antara Literasi dan Coding
Sebenarnya, literasi dan coding memiliki keterkaitan yang erat. Keduanya membutuhkan kemampuan berpikir logis, pemecahan masalah, dan kemampuan untuk mengurai informasi yang kompleks. Dalam coding, siswa perlu membaca dan memahami instruksi, menulis kode yang jelas dan terstruktur, serta melakukan debugging atau mencari dan memperbaiki kesalahan. Semua proses ini sangat bergantung pada kemampuan literasi yang baik.
Pendekatan yang Lebih Holistik
Alih-alih terburu-buru memasukkan coding sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, mungkin pendekatan yang lebih holistik perlu dipertimbangkan. Integrasi konsep-konsep coding ke dalam mata pelajaran lain, seperti matematika, sains, atau bahkan bahasa, bisa menjadi alternatif yang lebih efektif. Dengan cara ini, siswa dapat belajar coding secara kontekstual dan relevan dengan materi yang sedang mereka pelajari, sambil terus memperkuat kemampuan literasi mereka.
Selain itu, upaya untuk meningkatkan literasi siswa secara menyeluruh harus menjadi prioritas utama. Program-program peningkatan literasi yang inovatif dan berkelanjutan perlu digalakkan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga menengah. Dengan fondasi literasi yang kuat, siswa akan lebih siap untuk menguasai berbagai keterampilan abad ke-21, termasuk coding.
Kesimpulan Sementara
Pelajaran coding memang memiliki potensi besar untuk membekali siswa dengan keterampilan yang relevan di era digital ini. Namun, efektivitasnya patut dipertanyakan jika masalah literasi siswa belum ditangani secara serius. Pendekatan yang lebih terintegrasi dan fokus pada penguatan literasi secara keseluruhan mungkin menjadi kunci untuk memastikan bahwa pengajaran coding dapat memberikan manfaat yang optimal bagi seluruh siswa di Indonesia.
0 Komentar